Sinopsis Razia Sultan Episode 29
Dbiografi.com – Razia Sultan episode 29 dimulai dengan adegan di mana Althunia dikepung oleh sekawanan pria bersenjata. Mereka siap menyerang, tapi begitu Althunia melemparkan pedangnya, mereka semua tertawa. Rupanya mereka adalah teman lama.
Razia datang ke kamar Ibundanya, Ratu Qutub, untuk melihatnya tidur. Dia berkata pada dirinya sendiri tahu Ibundanya itu sangat sedih, lalu dia berjanji pada diri sendiri akan pergi ke Ghazni untuk membawanya pulang dan membuat Kesultanan Delhi berbahagia. Dia takkan membiarkan semua itu hilang begitu saja.
Razia mencium kening Ibundanya. Sewaktu Razia mau pergi, adiknya terbangun dan bertanya apakah Razia mau pergi ke medan perang untuk berperang? Razia menjawab bahwa dirinya memang akan ke medan perang, tapi bukan untuk berperang, melainkan untuk menghentikan perang. Dia menyuruh adiknya itu tidur lagi.
Sekeluarnya Razia dari kamar Ratu Qutub, Fathima dan Chanda mendekat. Razia meminta keduanya untuk membuat persiapan. Chanda memberitahu kereta dan barang-barang sudah menunggu di luar. Fathima meminta petunjuk Razia apa yang harus dikatakannya nanti soal ketidakberadaan Razia jika semua orang telah terbangun?
Razia menenangkan keduanya kalau takkan terjadi apapun, lagipula dia akan pergi menemui Nasir terlebih dulu sebelum pergi.
Chanda mengingatkannya jika saat ini Nasir sedang sibuk dengan para tentara, dan mungkin tidak mau diganggu. Razia menegaskan jika dirinya akan mengambil risiko apapun.
Nasir sendiri tengah berpidato di depan para prajurit Multan dengan penuh semangat. Pidato itu bertujuan membakar semangat prajurit sebelum perang dimulai. Dia mengobarkan semangat Islam di dada setiap prajurit.
Dengan memakai baju zirah besi, Razia berdiri di barisan paling belakang para tentara. Dia keberatan memakai baju zirah besi itu, dan bertanya-tanya bagaimana para tentara berperang dengan memakai zirah.
Lalu, Razia berjalan ke arah Nasir dan ingin meletakkan surat di kantong kakaknya itu, tapi tidak jadi karena Nasir keburu melihatnya. Razia jalan pelan-pelan. Nasir menanyai identitasnya. Dia takut Nasir memergokinya. Melihat Razia yang letoy, Nasir memberitahu Razia jika Ayahnya pernah mengatakan jika tes prajurit bakalan lebih keras. Razia meletakkan surat di saku Nasir dan pergi.
Keluar dari istana, Razia melihat kuda dan bertanya pada Fathima dan Chanda apakah kuda itu untuk dipersiapkan keduanya? Chanda memberitahu jika perjalanan menuju Ghazni penuh dengan liku-liku.
Razia tidak membantah hal tersebut. Masalahnya dia tidak bisa menunggang kuda. Chanda meminta maaf, karena dirinya tidak tahu hal itu. Fathima menawari Razia untuk naik ke sebuah kereta? Razia menggeleng, setelah teringat pidato penuh semangat yang dikumandangkan Nasir.
Razia naik ke punggung kuda. Dalam percobaan pertama, dia terjatuh. Fathima dan Chanda membantunya naik.
Althunia sampai di rumah bos lamanya, Haji Jamal. Teman-teman lamanya bilang akhirnya Althunia kembali setelah sekian lama. Althunia meminta mereka untuk berhenti bercanda dan menunjukkan di mana bos.
Setelah ditunjukkan, Althunia datang menemui Haji Jamal. Mereka berbincang. Haji Jamal merasa Althunia belum berubah. Althunia bertanya, jika dirinya belum belum, bagaimana dengan Haji Jamal sendiri? Haji Jamal mengatakan bahwa Althunia bukanlah budak, melainkan pejuang, jadi dia seharusnya tidak ragu-ragu membunuh orang. Althunia menyahut bahwa dirinya tidak mau membunuh orang tidak bersalah.
Haji Jamal memberikan perintah membunuh terakhir untuk Althunia laksanakan, yang akan diganjar dengan hadiah yang cukup besar. Althunia tidak mau. Dia telah meninggalkan dunia hitam yang telah membesarkan namanya dan meminta pada Haji Jamal untuk membiarkannya hidup bebas. Haji Jamal mengatakan bahwa dirinya takkan menghentikan keinginan Althunia untuk hidup menurut kepantasannya. Althunia berterima kasih padanya dan berjanji takkan melupakan apa yang telah Haji Jamal lakukan untuknya, yaitu menolong hidupnya.
Uzma berkata pada Qutub jika dirinya telah mempersiapkan makanan kesukaannya dan mengajaknya makan bersama. Qutub menjawab bagaimana dirinya bisa memikirkan makanan di saat suami dan anaknya akan saling menyerang? Shamshad bilang kalau Qutub tetap harus makan untuk menghindari penyakit. Dia memerintahkan pelayan untuk memanggil Razia dan Shazia. Pelayan menjawab Razia tidak ada di kamarnya dan Fathima masih tidur di tempatnya.
Razia sendiri terlihat sedang belajar menunggang kuda. Dia jatuh berkali-kali. Chanda membantunya berdiri dan bertanya apakah ada yang sakit? Ketika Razia menjawab tidak ada yang sakit, Chanda berpikir kapan Razia bisa sampai Ghazni jika begini terus? Razia menyahut jika dirinya pasti akan sampai ke Ghazni tidak peduli apapun. Dia akan bisa menunggang kuda secepatnya. Dia pun kembali coba menunggang kuda, tapi lagi-lagi dia terjatuh.
Shamshad menampar Fathima dan bertanya di manakah Razia? Fathima bungkam. Shamshad memerintahkan pelayan untuk mengusir Fathima dari istana sebagai bentuk ancaman. Fathima memohon supaya Shamshad tidak melakukan itu.
Nasir muncul dan meminta pelayan untuk melepaskan Fathima. Dia mengatakan bahwa dirinya tahu di mana Razia sekarang - pergi menyelamatkannya.
Di sisi lain Razia akhirnya berhasil menunggang kuda. Chanda bertepuk tangan untuk Razia.
Bersambung ke sinopsis Razia Sultan episode 30.
0 komentar:
Post a Comment