25 Fakta tentang R.A Kartini

Dbiografi.com – Raden Ajeng Kartini adalah panutan, sosok pahlawan yang tak mungkin dilupakan. Dialah salah satu wanita yang melihat bahwa kaum wanita Indonesia harus memiliki hak-hak sama (emansipasi) dengan kaum pria Indonesia dalam segala bidang – pendidikan, cita-cita, dll. Berkat jasa-jasanya yang menginspirasi itulah, dia ditahbiskan sebagai tokoh pahlawan Indonesia (baca: biografi R.A Kartini).

Berikut ini 25 fakta tentang R.A Kartini yang diambil dari berbagai sumber, antara lain:

Raden Ajeng Kartini dan suaminya.

  1. Dia lahir di Jepang, Jawa Tengah, tanggal 21 April 1879. Kelak, hari lahirnya ini diperingati sebagai hari nasional Indonesia.
  2. Dia berasal dari keluar priyayi (bangsawan Jawa).
  3. Dia beragama Islam.
  4. Papanya bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang Bupati Jepara.
  5. Dari trah Papanya, Kartini memiliki hubungan kekerabatan dengan HB VI (Raja Yogyakarta).
  6. Mamanya M.A. Ngasirah.
  7. Dia anak kelima dari sebelas bersaudara (kandung dan tiri). Dia anak perempuan tertua dari saudara kandungnya.
  8. Eyangnya bernama Pangeran Ario Tjondronegoro IV diangkat bupati pada umur 25 tahun.
  9. Kakaknya bernama Sosrokartono, seorang cendekiawan bidang bahasa.
  10. Dia hanya diizinkan sekolah sampai jenjang ELS (Europese Lagere School). Saat ini umurnya sudah menginjak 12 tahun. Dia mendapat pelajaran bahasa Belanda sampai sini.
  11. Mulai umur 12 tahun juga, dia harus tinggal di rumah. Istilahnya adalah dipingit (tidak diizinkan keluar rumah, kecuali bersama mahram atau keluarga).
  12. Dia dinikahi Bupati Rembang ketuju Djojo Adiningrat pada 12 November 1903.
  13. Pada 13 September 1904, dia melahirkan anak semata wayangnya, yang dinamai Singgih/ RM Soesalit.
  14. Pada 17 September 1904, empat hari pasca-melahirkan, dia meninggal dunia di Rembang. Saat itu umurnya menginjak 25 tahun.
  15. Dia meninggal dalam pangkuan suaminya (menurut cerita para abdi-dalem yang melihat peristiwa itu, diambil dari banyak sumber).
  16. Dia dimakamkan di Desa Bulu, 17 km dari kota Rembang, berbentuk pesanggrahan dengan cungkup atap berbentuk joglo. Tidak hanya makamnya, tetapi juga makam suami dan putranya.
  17. Namanya diabadikan sebagai nama empat jalan raya di Belanda: Kota Amsterdam, Utretch, Veerlo, dan kota Harleem.
  18. Dia dikenal sebagai pelopor bangkitnya kaum wanita pribumi.
  19. Dia tak suka dipanggil dengan sebutan Raden Ayu dan lebih suka dipanggil namanya saja. Bahkan diketahui, dia menanggalkan gelar itu karena tahu artinya.
  20. Dia kutu buku, penulis, istri setia, pejuang, dan peduli nasib miris kaumnya.
  21. Semasa hidupnya, dia acap berkorespondensi dengan teman-teman Belandanya, termasuk pada Snouck Hurgronje seorang orientalis Belanda.
  22. Tahun 1911, Mr. JH. Abendanon (semacam Kepala Dinas Pendidikan saat itu) menerbitkan kumpulan surat-surat R.A Kartini berjudul Door Duisternis tot Lich (edisi Belanda) dan Letters of a Javaness Princess (edisi Inggris).
  23. Sebelas tahun kemudian, tepatnya tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkan buku ini dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran, yang diterjemahkan oleh Armijn Pane, seorang sastrawan pujangga baru.
  24. Pada 2 Mei 1964, Presiden Sukarno mengeluarkan Kepres RI No. 198 Tahun 1964 yang menetapkan bahwa Raden Ajeng Kartini adalah Pahlawan kemerdekaan Nasional. Tidak hanya itu, hari lahirnya dijadikan hari nasional yang dikenal sebagai Hari Kartini.
  25. Komposer WR. Supratman menggubah lagu nasional berjudul Ibu Kita Kartini.

Demikianlah 25 fakta tentang R.A Kartini yang mungkin belum kamu ketahui. Semoga bisa diambil hikmahnya.

Biografi R.A. Kartini – Pelopor Emansipasi Wanita Indonesia

Raden Ajeng Kartini atau lebih dikenal Ibu Kartini merupakan keturunan keluarga terpandang Jawa. Dia lahir 21 April 1879, dimana adat istiadat masih kukuh dipegang oleh masyarakat, termasuk keluarganya. Satu hal yang diwariskan dari keluarganya adalah pendidikan. Ya, Kartini pernah merasakan bangku sekolah hingga tamat pendidikan dasar. Karakternya yang haus akan ilmu pengetahuan membuatnya ingin terus melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Sayangnya, ayahnya tidak memberikan izin Kartini melanjutkan sekolah. Mengetahui sikap ayahnya, Kartini sebenarnya sedih. Namun, dia tidak bisa mengubah keputusan itu. Sebab, dia adalah anak pada zamannya yang masih terbelenggu oleh keadaan.

Biografi R.A. Kartini – Pelopor Emansipasi Wanita Indonesia
Lukisan Gambar R.A. Kartini | Wikipedia.

Alhasil, justru Kartini tidak boleh lagi keluar dari rumah sampai waktunya menikah. Istilahnya dipingit. Demi menghilangkan rasa bosan dan suntuk berada di rumah terus. Kartini menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membaca buku ilmu pengetahuan. Kesukaannya membaca ini berubah menjadi rutinitas harian. Bahkan, dia tidak segan untuk bertanya kepada ayahnya bila ada hal yang tidak dimengertinya. Lambat laun pengetahuannya bertambah dan wawasannya pun meluas.

Banyak karya dan pemikiran wanita Eropa yang dikaguminya. Terlebih kebebasan mereka untuk bisa terus bersekolah. Rasa kagum itu menginspirasinya untuk memajukan wanita Indonesia. Dalam pandangannya, wanita tidak hanya harus bisa urusan “belakang” rumah tangga saja. Lebih dari itu, wanita juga harus bisa dan punya wawasan dan ilmu yang luas. Dia pun mulai bergerak mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajari baca tulis dan pengetahuan lainnya. Makin hari, Kartini makin disibukkan dengan aktivitas membaca dan mengajarnya.

Dia juga punya banyak teman di Belanda dan sering berkomunikasi dengan mereka. Bahkan, dia sempat memohon kepada Mr. J.H. Abendanon untuk memberinya beasiswa sekolah di Belanda. Belum sempat permohonan tersebut dikabulkan dia dinikahkah oleh Adipati Rembang bernama Raden Adipati Joyodiningrat.

Biografi R.A. Kartini – Pelopor Emansipasi Wanita Indonesia
Foto R.A. Kartini dan suaminya | Wikipedia.

Berdasarkan data sejarah, R.A. Kartini ikut dengan suaminya ke Rembang setelah menikah. Walau begitu api cita-citanya tidak padam. Beruntung Kartini memiliki suami yang mendukung cita-citanya. Berkat kegigihan serta dukungan sang suami, Kartini mendirikan Sekolah Wanita di berbagai daerah. Seperti Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan sebagainya. Sekolah Wanita itu dikenal dengan nama Sekolah Kartini.

Kartini merupakan seorang wanita Jawa yang memiliki pandangan melebihi zamannya. Meski dia sendiri terbelenggu oleh zaman yang mengikatnya dengan adat istiadat. Pada 17 September 1904, Kartini menghembuskan napas terakhir di usia 25 tahun, setelah melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Dia salah satu wanita yang menjadi pelopor emansipasi wanita di tanah Jawa.

Surat-surat korespondensinya dengan teman-temannya di Belanda kemudian dibukukan oleh Abendanon dengan judul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Buku ini telah menginspirasi banyak wanita, tidak saja, wanita di zamannya tapi juga wanita kini dan masa depan.

Sesuai Keppres No. 108 Tahun 1964 pada 2 Mei 1964, Kartini resmi digelari pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia. Keppres ini juga menetapkan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini. Namanya kini diabadikan sebagai nama jalan. Tidak hanya di kota-kota di Indonesia saja, melainkan di kota-kota di Belanda. Seperti Kota Utrecht, Venlo, Amsterdam, dan Harleem. WR. Supratman bahkan membuatkan lagu berjudul Ibu Kita Kartini untuk mengenang jasa-jasanya.

Beberapa buku biografi Kartini yang melukiskan tentang Perjuangan R.A. Kartini. Antara lain: Imron Rosyadi, R.A Kartini Biografi Singkat 1879-1904, Garasi: Yogyakarta, 2012; Ishadi, RA Kartini, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: 1986; Farhan MH, Ayo Mengenal Lebih Dekat Biografi R.A. Kartini, Bintang Cemerlang, tkt: tt; dan masih banyak lagi lainnya.