J-Rocks dimotori oleh empat orang pemuda yaitu Iman sebagai vokalis dan pemetik gitar rhythm, Wima yang membetot bass, Sony yang melengkingkan melodi gitar, dan Anton selaku penggebuk drum. Nama J-Rocks sendiri diilhami dari jenis aliran musik yang dikenal dengan istilah J-Rock (Japanese Rock), suatu genre rock n roll di Jepang. Bersamaan dengan J-Pop (Japanese Pop), aliran J-Rock atau rock Jepang mulai populer di Indonesia seiring larisnya tayangan anime (kartun Jepang) yang soundtrack-nya dibawakan oleh penyanyi atau band asal Jepang.
Biografi J-Rocks Band
Sebagai sebuah band, terbentuknya J-Rocks bermula pada 2001. Iman yang kala itu menjadi gitaris yang membantu Funky Kopral, bertemu dengan Sony yang berkeinginan membentuk band dengan aliran rock Jepang karena, menurut Sony, di Indonesia belum ada band seperti ini. Iman segera sepakat dengan gagasan itu karena sebelumnya ia dan Wima juga sedang mengonsep band dengan aliran sejenis. Sejak Funky Kopral bubar tahun 2003 –kendati beberapa tahun kemudian bangkit lagi– praktis Iman pun ikut menganggur. Terbentanglah satu asa dan pada 2003 itulah terbentuk sebuah band pribumi beraliran rock Jepang pertama di Indonesia dengan nama J-Rockstars. Formasi awalnya terdiri dari Iman, Wima, dan Sony yang kemudian mengajak Anton untuk bergabung sebagai drummer.
Tahun 2005 J-Rockstars memenangkan Juara I pada festival musik Nescafe Band Competion. Prestasi itu membuat label Aquarius Musikindo tertarik dan akhirnya keluarlah album perdana J-Rocks dengan tajuk Topeng Sahabat yang diproduseri oleh Bongky (bassist BIP dan mantan anggota Slank) dan Uji (eks personel The Brur). Nama band ini pun diubah dari J-Rockstars menjadi J-Rocks saja, yang sangat identik dengan aliran yang diusungnya yakni J-Rock atau rock Jepang. Sebanyak 11 lagu direkam dalam album ini yang kebanyakan ditulis oleh Iman dan Wima.
Lekatnya nama J-Rocks dengan rock Jepang (J-Rock) membuat band ini kerap dicap sebagai plagiat. Tembang ciptaan J-Rocks pun disebut-sebut hasil jiplakan lagu-lagu milik band-band Jepang. Sebut saja misalnya lagu Ceria yang mirip sekali dengan lagu kepunyaan kelompok rock Jepang, Larc’ en Ciel, yang berjudul C’est la Vie. Atau lagu Kau Curi Lagi yang hampir sama dengan lagu Time Goes On, juga lagu Serba Salah yang terdengar seperti versi lain dari Sobakasu yang dibawakan Judy and Mary.
Sialnya lagi, kemiripan karya-karya J-Rocks memang benar adanya, nyaris dari segala sisi. Namun J-Rocks punya pledoi. Mereka mengaku memang mengusung jenis musik rock Jepang tapi menolak jika disebut plagiat. J-Rocks hanya mengambil aliran tersebut sebagai referensi acuan mereka dalam bermusik untuk meramaikan jagat musik di tanah air.
Rock Jepang atau J-Rock sendiri merupakan cikal-bakal dari perkembangan Rockabilly, salah satu genre musik rock di Jepang yang jaya pada era 1950-an. Dekade selanjutnya, musik rock Jepang terpengaruh unsur Liverpool Bristish yang saat itu sedang berada di puncak karena pengaruh demam The Beatles, setelah sebelumnya diselipi masa perkembangan dari aliran musik Eleki. Era 1970, Jepang diramaikan lagi oleh nuansa blues dan rock yang dikenal sebagai era Mentai Rock. Memasuki tahun 1980, Jepang kebanjiran berbagai genre musik dari punk rock, new wave, techno-pop, hard rock, hingga heavy metal. Di masa ini lahir beberapa era yang disebut Shibuya Kei dan Visual Kei.
Tuduhan Plagiat!
Pada era millenium, menginjak tahun 2000, genre rock di Jepang terus berkembang sampai kemunculan era gaya Seisun Punk. Dengan demikian, sejarah musik di Jepang sendiri banyak terpengaruh dari berbagai jenis musik di dunia. Karena itulah Iman selaku salah seorang pendiri J-Rocks menampik apabila band-nya dituduh sebagai duplikatnya Larc’ en Ciel atau band Jepang manapun. Pasalnya J-Rocks yang lahir di Indonesia juga terpengaruh banyak band-band di dunia, seperti halnya yang terjadi dalam perkembangan band-band rock di Jepang. Lagipula, dalam pandangan Iman, sebuah musik dikatakan plagiat jika mengambil nada lebih dari 8 bar.“Suatu lagu itu dikatakan plagiat apabila nada dicomot lebih dari 8 bar arransemen.” (Iman, Gitaris J-Rocks)
Iman dan Sony sendiri mengaku bahwa gaya bermusik mereka mengacu pada jazz, rock, techno, dengan tokoh idola Jimi Hendrix dan Steve Vai. Wima juga terinfiltrasi aliran musik yang sama dengan kedua temannya itu meski basisst ini punya idola sendiri, yakni Brian May. Sementara Anton sang drummer terinspirasi oleh permainan drum Tree Cool (Greenday) dan banyak mendengar musik-musik dari segala jenis aliran.
Pada 2008, album kedua J-Rocks meluncur dengan titel Spirit. Album ini terdiri dari 10 lagu dengan hits andalan berjudul Kau Curi Lagi yang dinyanyikan bersama Prissa, seorang gitaris perempuan muda berbakat. Menurut Iman, dipilihnya Spirit sebagai tema album kedua J-Rocks karena ia ingin para pendengar musiknya menjadi bersemangat untuk melakukan hal-hal yang positif dan tidak mudah menyerah, sejalan dengan tema lagu seperti kebanyakan band Jepang yang biasanya memantik semangat untuk melakukan sesuatu.
Terlepas dari segala kontroversinya soal bermusik, J-Rocks berteguh bukan plagiat murni dari J-Rock. Band ini lahir dan diawaki oleh generasi muda bangsa Indonesia dengan latar belakang kehidupan dan pola pikir yang tentunya sangat Indonesia. Kendati banyak yang tetap melekatkan mereka sebagai band jiplakan Jepang, J-Rocks sejatinya sangat patut diacungi jempol karena keberanian mereka mengusung nuansa Jepang ke Indonesia dan merekalah yang pertama-tama dalam hal ini.
0 komentar:
Post a Comment